Assalamualaikum sobat Spot Log! Kali ini kita akan membahas
HOT NEWS tentang kebijakan pembatasan BBM bersubsidi yang dilakukan oleh
pemerintah baru-baru ini.
Krisis ekonomi Indonesia diakibatkan berbagai banyak faktor,
dewasa ini memanglah tidak terjadi krisis yang terlalu ekstrim namun sekarang
ini menunjukan ciri-ciri menuju krisis itu. Dewasa ini kabar yang terdengar
adalah pembatasan BBM bersubsidi. Langkah ini diambil oleh pemerintah karena
banyaknya pertimbangan yang harus diperhitungkan.
Kita tahu bahwa BBM yang berasal dari minyak mentah terus
terkuras menuju kehabisan, otomatis tentu harga minyak mentah akan semakin
naik. Sebenarnya Indonesia merupakan anggota dari OPEC, namun Indonesia belum
bisa mengolah minyak mentahnya itu sehingga hanya bisa mengekspor minyak mentah
ke luar negeri kemudian membeli BBM jadi dengan harga yang lebih tinggi
sehingga tidak ada profit yang diterima pihak Indonesia dari segi ekonomi.
Kemudian, kita juga telah mengerti bahwa di Indonesia kini sedang menghadapi
pertumbuhan angka kendaraan yang meningkat pesat diiringi pula dengan fluktuasi
kenaikan harga minyak dunia sehingga pemerintah semakin sulit mencukupi kebutuhan BBM dengan APBN. Maka karena itu pemerintah membatasi BBM bersubsidi agar
dana yang tadinya untuk disubsidi bisa digunakan untuk membeli BBM sehingga
dapat terpenuhi kebutuhan negara. Karena seperti di awal tadi kita tahu
Indonesia masih impor dari negara lain karena belum bisa mengolah minyak mentah
sendiri. Sebenarnya walaupun langkah ini mengalami pro dan kontra dari
masyarakat, kebijakan ini amatlah penting untuk dilakukan pemerintah untuk
menyelamatkan ekonomi bangsa ini agar tidak terpuruk. Karena bila BBM masih
tetap disubsidi dengan harga BBM yang tetap maka tentu anggaran subsidi akan
membengkak dan lagi-lagi bangsa ini harus berhutang kepada Bank Dunia yang
dapat pula menurunkan kurs rupiah di dunia yang juga mengakibatkan Indonesia harus
membeli minyak dengan harga yang lebih tinggi karena harga minyak dunia setiap
tahun akan terus naik dan ditambah nilai kurs rupiah yang turun. Sehingga dapat
kita simpulkan sebenarnya kebijakan pembatasan BBM bersusibdi ini adalah
kebijakan terbaik yang diambil oleh pemerintah.
Sebenarnya pemerintah sudah pernah mengalami atau melewati
masa seperti ini seperti pada tahun 2005. Pada tahun 2005 untuk membaikan
keadaan ekonomi di Indonesia, pemerintah terpaksa mengurangi subsidi BBM. Untuk
mengurangi beban rakyat akibat pengurangan subsidi BBM tersebut, pemerintah
menyiapkan progam dana kompensasi sosial, antara lain berupa penyediaan beras
murah, sekolah gratis dari SD-SMA hingga pelayanan kesehatan gratis, khususnya
bagi rakyat miskin. Masalah semakin serius kala minyak dunia pada tahun itu
melambung terus. Maka untuk mengatasinya pemerintah berani menaikan harga BBM
bahkan hingga 100% lebih, dari premium yang tadinya Rp 2100 menjadi Rp 4300
(104,8%), minyak tanah dari Rp 700 menjadi Rp 2000 (185,7%). Sebagai kompensasi,
pemerintah telah menyiapkan subsidi tunai langsung khusus kepada masyarakat
miskin atau setengah miskin. Tentu besar sekali resiko yang diambil pemerintah
saat itu dengan mempertaruhkan efek dekat.
Setelah kebijakan tersebut dilakukan benar saja 6 bulan
pertama setelah kenaikan dan pengurangan subsidi tersebut, dampak terhadap
kondisi makro ekonomi langsung terasa, pertumbuhan ekonomi yang melambat,
inflasi di tahun 2005 tersebut rata-ratanya hampir sebesar 17%. Namun, setelah
6 bulan pertama, kondisi makro ekonomi nasional kembali membaik. Pertumbuhan ekonomi
kembali meningkat, tahun 2006 rata-rata tingkat inflasi turun menjadi 9,75%. Indeks
harga saham juga meningkat tajam dari 900 menjadi 1500. Ini merupakan tanda
bahwa pasar percaya bahwa langkah yang diambil pemerintah (presiden=SBY) adalah
tepat. Semoga saja demikian juga yang akan terjadi untuk kali ini dan semoga
saja lebih baik. Aamiin...
Sekian dulu sobat Spot Log, thanks.. dah sempetin baca..
Wassalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Semoga bermanfaat ya..
0 komentar:
Post a Comment